Minggu, 30 Oktober 2016

PRAKTIKUM PEKAN 1 KL2105 BAHAN BANGUNAN LAUT

Dalam praktikum pekan pertama ini yang dilaksanakan pada 29 September 2016 terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
  1.       Pemeriksaan berat volume agregat kasar dan halus
  2.       Analisis saringan agregat kasar
  3.       Analisis saringan agregat halus
  4.       Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
  5.       Pemeriksaan kadar air pada agregat
  6.       Analisis spesifik gravity pada kedua jenis agregat
 Berikut adalah seluruh rangkaian tahapannya


1.         Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar dan halus
Berat volume agregat digunakan untuk menentukan proporsi agregat yang digunakan dalam campuran. Berat volume agregat dapat diartikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung berat volume agregat halus, kasar atau campuran.

Alat-alat yang digunakan  :

    a.      Timbagan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh
    b.      Talam kapasitas cukup besar
    c.     Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 60cm dan ujung bulat    terbuat dari baja tahan karat
    d.       Mistar perata
    e.       Sekop
     f.      Wadah baja silinder

Prosedur pengerjaan ( masing-masing untuk agregat kasar dan halus )
Timbang berat wadah ketika masih kosong. Kemudian masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah dan timbang berat seluruhnya. Kemudian ratakan dengan mistar pemadat dan keringkan dengan oven, suhu pada oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.



2.         Analisis saringan agregat kasar

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi butiran agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan untuk perencanaan dalam adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan distribusi partikel agregat kasar dengan uji saringan

Alat yang digunakan :
a.       Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat uji
b.       Satu set saringan
c.       Oven
d.       Alat pemisah
e.       Talam
f.        Kuas, sikat kawat dan lain-lain

Prosedur pengerjaan
Pertama keringkan agregat sampel pada temperature 110 ± 5 C kemudian dinginkan pada temperature ruangan. Setelah itu timbang kembali dan persiapkan saringan yang akan digunakan. Setelah saringan disusun letakkan sampel diatas saringan dan goyangkan saringan dengan tangan. Selanjutnya hitung berat agregat di masing-masing saringan. Terakhir bandingkan total berat agregat setelah disaring dengan berat semula, jika perbedaannya ebih dari 0,3% maka berat sampel tidak dapat digunakan.



3.        Analisis saringan agregat halus

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi butiran agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan untuk perencanaan dalam adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan distribusi partikel agregat kasar dengan uji saringan

Alat yang digunakan :

a.       Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat uji
b.       Satu set saringan
c.       Oven
d.       Alat pemisah
e.       Talam
f.        Kuas, sikat kawat dan lain-lain

Prosedur pengerjaan

Pertama keringkan agregat sampel pada temperature 110 ± 5 C kemudian dinginkan pada temperature ruangan. Setelah itu timbang kembali dan persiapkan saringan yang akan digunakan. Setelah saringan disusun letakkan sampel diatas saringan dan goyangkan saringan dengan tangan. Selanjutnya hitung berat agregat di masing-masing saringan. Terakhir bandingkan total berat agregat setelah disaring dengan berat semula, jika perbedaannya ebih dari 0,3% maka berat sampel tidak dapat digunakan.


4.         Pemeriksaan organik pada agregat halus

Pemeriksaan kadar organik pada agregat halus dimaksudkan untuk mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang melebihi batas yang diijinkan dapat mempengaruhi mutu beton yang akan direncanakan. Sesuai persyaratan kadar organik tidak boleh melebihi batas yang diijinkan sesuai warna dari “Abrams-harder” dengan larutan NaOH (3%)

Alat yang digunakan

    a.  botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau lainnya yang tidak bereaksi dengan NaOH . Volume gelas = 350ml
    b.    Organik plate / standar warna
    c.     Larutan NaOH 350

Prosdur pengerjaan

Masukkan 155 ml pasir kedalam botol tembus pandang ± 1/3 isi botol. Kemudian tambahkan larutan NaOH 3% dengan isi ,encapai ¾ volume botol. Selanjutnya tutup botol tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan diamkan selama 24 jam agar lumpur mengendap. Setelah 24 jam , bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna no 3 pada organik plate.




5.         Pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan besarnya ( persentase ) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi pengunaan agegat halus untuk pembuatan beton.

Alat yang digunakan

     a.       Gelas Ukur
     b.       Alat pengaduk

Prosedur pengerjaan

Masukkan contoh benda uji ( agregat halus ) kedalam gelas ukur 250 ml. Tambahkan air pada gelas hingga seluruh agregat halus basah dan tenggelam. Kemudian kocok gelas hingga mengeluarkan busa dan kotoran lalu buang  busa dan kotoran tersebut. Selanjutnya diamkan gelas pada tempat yang datar dan tunggu selama 24 jam agar lumpur mengendap. Apabila sudah 24 jam maka lumpur akan mengendap diatas dan ukur tinggi pasir dan tinggi lumpur.



6.         Pemeriksaan kadar air agregat

Pada sesi kali ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan  betn yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Alat yang digunakan

     a.       Timbangan dengan ketelitian 0,1 %
     b.       Oven dengan suhu 110 ± 5 C
     c.       Talam logam tahan karat berkapasitas cukup

Prosedur kerja

Timbang dan catat berat talam yang digunakan. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam  + benda uji timbang. Apabila sudah segera hitung berat benda dan keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven hingga beratnya tetap. Setelah kering contoh ditimbang dan catat berat benda. Hitung berat benda uji kering

 

Sumber


1 komentar: